RANGOON (Berita SuaraMedia) - Myanmar, salah satu anggota ASEAN, jadi korban serangan cyber yang cukup brutal.
Koneksi internet di negara itu sempat mati sama sekali. Demikian kata peneliti dari Arbor Networks seperti diberitakan TheRegister.
Serangan jenis Distributed Denial of Service (DDoS) itu berlangsung selama 10 hari sampai akhirnya koneksi internet negara itu terputus.
Amunisi yang digunakan dalam serangan itu berupa data sampah dengan volume mencapai 15 Gb per detik.
Serangan dilakukan terhadap penyedia internet utama di negeri yang masih dikuasai oleh junta militer itu.
Serangan ini, menurut peneliti Craig Labovitz dari Arbor Networks, 15 kali lebih besar daripada yang terjadi pada Estonia tahun 2007.
Tak hanya pada penyedia internet terbesar, semua ISP di Myanmar --yang jumlahnya mencapai 20-an lebih-- jadi sasaran serangan itu.
"Meski serangan DDoS pada situs komersial itu cukup sering, tapi serangan geo-politis dengan skala besar seperti ini sangat jarang. Dengan volume 10-15 Gbps, serangan pada Myanmar ini juga secara signifikan adalah yang paling besar," ujar Labovitz.
Negara lain yang pernah jadi korban serangan serupa adalah Georgia dan Estonia.
Ketika itu Georgia sedang mengalami konflik bersenjata dengan Russia.
Serangan ini berdekatan dengan pemilihan umum yang akan digelar di Myanmar pada 7 November 2010. Ada sebagian pihak yang mengatakan, serangan ini adalah upaya untuk memanipulasi hasil Pemilu di negeri-nya Aung San Suu Kyi itu. (ar/dt/trg) www.suaramedia.com
Koneksi internet di negara itu sempat mati sama sekali. Demikian kata peneliti dari Arbor Networks seperti diberitakan TheRegister.
Serangan jenis Distributed Denial of Service (DDoS) itu berlangsung selama 10 hari sampai akhirnya koneksi internet negara itu terputus.
Amunisi yang digunakan dalam serangan itu berupa data sampah dengan volume mencapai 15 Gb per detik.
Serangan dilakukan terhadap penyedia internet utama di negeri yang masih dikuasai oleh junta militer itu.
Serangan ini, menurut peneliti Craig Labovitz dari Arbor Networks, 15 kali lebih besar daripada yang terjadi pada Estonia tahun 2007.
Tak hanya pada penyedia internet terbesar, semua ISP di Myanmar --yang jumlahnya mencapai 20-an lebih-- jadi sasaran serangan itu.
"Meski serangan DDoS pada situs komersial itu cukup sering, tapi serangan geo-politis dengan skala besar seperti ini sangat jarang. Dengan volume 10-15 Gbps, serangan pada Myanmar ini juga secara signifikan adalah yang paling besar," ujar Labovitz.
Negara lain yang pernah jadi korban serangan serupa adalah Georgia dan Estonia.
Ketika itu Georgia sedang mengalami konflik bersenjata dengan Russia.
Serangan ini berdekatan dengan pemilihan umum yang akan digelar di Myanmar pada 7 November 2010. Ada sebagian pihak yang mengatakan, serangan ini adalah upaya untuk memanipulasi hasil Pemilu di negeri-nya Aung San Suu Kyi itu. (ar/dt/trg) www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar